![]() |
Game Player Unknow Batle Ground |
Dunia game sudah semakin berkembang baik melalui console, PC
maupun mobile, mulai dari grafik dan
cerita dikemas sedemikian rupa oleh developer
agar game dapat menarik minat pemainnya. Usia pemain game juga sangatlah
beragam mulai dari anak-anak hingga mereka yang
sudah berumur dan memang game holic. Sebenarnya dalam pembuatan sebuah game,
banyak developer yang mencantumkan
batas umur minimal untuk boleh memainkan suatu game, akan tetapi banyak pemain
yang tidak memperhatikan hal tersebut.
Banyak game yang menampilkan adegan
kekerasan dan berdarah dimainkan anak berusia dibawah 18 tahun. Hal ini menjadi
problema tersendiri bagi orang tua terhadap pengaruh prilaku anaknya di lingkungan sekitar nanti, perhatian orang
tua sangatlah diperlukan dalam memilih dan menjelaskan bahwa yang terjadi di game
hanyalah hal fiktif belaka dan memperhatikan game yang dimainkan bisa memberikan
dampak secara psikis atau tidak.
Seperti tragedi yang dialami anak usia 13 tahun dari Haimen,
Jiangsu di Cina bernama XU Tiaci, ia ditemukan tewas secara tragis setelah
meloncat dari lantai empat apartemen tempatnya tinggal.
Anak bernama Xu Tianci ini kabarnya lompat dari apartemen
pada pukul 1 dini hari waktu setempat, usai dirinya bermain game PUBG (Player Unknow Batle Ground) mobile.
Sang ibu, Yu Lihua menuding bahwa PUBG menjadi penyebab anaknya melakukan
tindakan nekad tersebut.
![]() |
Seorang Anak Lompat Dari Atas Gedung Apartemen Setelah Bermain PUBG |
Ia menuduh bahwa anaknya telah disugesti oleh game bergenre
battle royale tersebut hingga yakin dirinya bisa melakukan hal-hal seperti
karakter game yang dikendalikannya, yakni loncat dari bangunan dan tidak
mengalami cidera serius. Faktanya memang sebelum hal naas itu terjadi, Xu Tianci
sedang main PUBG dan sama sekali tidak menunjukkan emosi tertekan atau
menyiratkan hasrat mengakhiri hidupnya.
Ibunya mengatakan, bahwa Xu Tianci adalah seorang anak yang
ceria dan memiliki banyak teman, sehingga tak ada beban bagi anaknya sehingga
membuatnya ingin bunuh diri.
Tak tanggung-tanggung Yu Lihua kemudian mengungkapkan
keinginannya untuk menuntut perusahaan pembuat PUBG dan meminta pertanggung
jawaban agar tidak terjadi hal serupa kepada anak-anak yang lain.
Banyak juga yang memberikan kritikan kepada ibu dari korban
tersebut, mereka beranggapan bahwa sang ibu tidak memberikan perhatian yang
cukup kepada sang anak saat bermain game. Akan tetapi sang ibu tetap bersikeras
untuk menuntut PUBG dan mengatakan akan menyumbangkan uang hasil tuntutannya
tersebut jika menang.
"Aku ingin meningkatkan rasa kesadaran tentang masalah
ini sehingga anak-anak lain tidak mengalami hal yang sama. Aku lebih memilih
anakku kembali dibanding mendapatkan uang tersebut. Aku harap orang tua lain
tidak merasakan hal yang sama sepertiku," tutur Yu Lihua.
Meski belum tentu tindakan bunuh diri yang dilakukan oleh
anak tersebut adalah akibat dari bermain PUBG, kejadian tersebut membuktikan, bawa peran serta orang tua, unutk memperhatikan anaknya saat bermain game saat diperlukan.
Bimbingan orang tua kepada anak bahwa yang ada di dalam game hanyalah fiktif perlu
ditanamkan kepada anak, agar mereka tidak melakukan tindakan
ekstrim yang ditunjukkan dalam game yang meraka mainkan.
Dilansir Dari ESports.id (Klik Link untuk membuka)
0 Komentar